Pembelajaran sosial-emosional (SEL) sebenarnya bersifat lintas mata pelajaran karena fokusnya pada pengembangan kompetensi hidup, seperti kesadaran diri, pengelolaan emosi, empati, keterampilan sosial, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Berikut beberapa cara SEL dapat dikaitkan dengan mata pelajaran lain:
-
Bahasa dan Sastra
Dalam pelajaran bahasa, siswa bisa diajak menganalisis karakter dalam cerita atau novel, memahami motivasi, perasaan, dan konflik yang dihadapi tokoh. Kegiatan ini melatih kesadaran sosial dan empati, karena siswa belajar melihat dunia dari perspektif orang lain. Selain itu, kegiatan menulis jurnal atau esai reflektif dapat membantu siswa mengekspresikan emosi dan berpikir kritis tentang pengalaman mereka sendiri, mendukung kesadaran diri dan pengelolaan emosi.
-
Matematika dan Sains
Mata pelajaran yang biasanya dianggap “kaku” ini tetap bisa mengintegrasikan SEL. Misalnya, dalam proyek sains kelompok, siswa belajar bekerja sama, membagi tugas, dan menyelesaikan masalah bersama—ini melatih keterampilan sosial dan pengambilan keputusan. Dalam matematika, ketika ada tantangan problem solving, guru dapat mendorong siswa untuk mengelola frustrasi, mencoba strategi berbeda, dan memberi umpan balik positif kepada teman, sehingga pengelolaan emosi dan kerjasama tetap diterapkan.
-
Pendidikan Jasmani dan Kesenian
Aktivitas olahraga, drama, atau musik memungkinkan siswa mengekspresikan emosi, membangun kerja sama tim, dan menghargai usaha teman. Misalnya, dalam drama atau pertunjukan musik, siswa belajar mengelola rasa gugup, bekerja sama, dan empati terhadap peran dan kontribusi teman-temannya. Dalam olahraga, mereka belajar sportifitas, mengontrol emosi saat kalah, dan menghargai usaha tim, sehingga SEL tercermin langsung dalam praktik nyata.
-
Pendidikan Pancasila atau Kewarganegaraan
Pelajaran ini secara langsung bisa mengaitkan SEL dengan kesadaran sosial, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan etis. Misalnya, siswa bisa diajak mendiskusikan kasus nyata atau simulasi konflik sosial, kemudian menganalisis bagaimana tindakan mereka memengaruhi orang lain, sehingga kemampuan empati dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab berkembang.
-
Proyek Interdisipliner
SEL juga dapat diintegrasikan melalui proyek lintas mata pelajaran, misalnya proyek lingkungan. Siswa harus meneliti (sains), menulis laporan (bahasa), mempresentasikan temuan (bahasa & seni), dan bekerja dalam tim (SEL). Di sini, keterampilan sosial, kerja sama, komunikasi, dan regulasi emosi semua diasah bersamaan dengan kompetensi akademik.
Dengan kata lain, SEL bukan hanya “pelajaran tersendiri,” tetapi alat yang memperkaya pembelajaran di semua mata pelajaran. Integrasi ini membuat siswa tidak hanya memahami materi akademik, tetapi juga mampu mengelola diri, berinteraksi positif, dan membuat keputusan yang bijak—kompetensi penting untuk kehidupan di luar sekolah.