Strategi Diferensiasi Pembelajaran untuk Mengatasi Perbedaan Kemampuan Siswa
Dalam dunia pendidikan, setiap peserta didik memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda. Fenomena ini seringkali membuat guru menghadapi tantangan ketika sebagian siswa kesulitan mengikuti materi, sementara sebagian lainnya dapat memahami materi dengan mudah. Contohnya, Ibu Diaz yang mengajar topik perkalian mendapati sebagian peserta didik kesulitan karena kurangnya penguasaan materi prasyarat, sedangkan yang lain mencapai tujuan pembelajaran dengan cepat.
Masalah semacam ini menuntut guru untuk menerapkan strategi diferensiasi pembelajaran. Diferensiasi adalah pendekatan di mana guru menyesuaikan konten, proses, produk, dan lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan setiap siswa. Tujuannya adalah memastikan semua peserta didik dapat belajar secara optimal dan tetap termotivasi.
Langkah-Langkah Diferensiasi Pembelajaran
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan guru dalam pembelajaran berikutnya:
Mengembangkan diferensiasi konten
Guru dapat menyesuaikan materi ajar sesuai dengan kemampuan peserta didik. Misalnya, untuk siswa yang belum menguasai perkalian, guru bisa memberikan latihan penguatan materi prasyarat seperti penjumlahan atau perkalian dasar. Sementara itu, siswa yang lebih mahir bisa diberikan materi perkalian dengan angka lebih besar atau penerapan dalam soal cerita.
Mendesain diferensiasi kegiatan pembelajaran
Selain konten, kegiatan belajar juga dapat disesuaikan. Contohnya, siswa yang kesulitan bisa belajar melalui pendekatan visual atau manipulatif, sedangkan siswa mahir dapat melakukan diskusi kelompok atau permainan matematika. Kegiatan yang berbeda ini membantu semua peserta didik tetap aktif dan terlibat.
Merumuskan diferensiasi produk/proyek
Guru dapat menyesuaikan hasil akhir atau produk pembelajaran sesuai kemampuan siswa. Misalnya, beberapa siswa membuat poster perkalian, sementara yang lain menyelesaikan soal cerita yang lebih kompleks. Hal ini memungkinkan siswa menunjukkan pemahaman mereka sesuai kemampuan masing-masing.
Menerapkan asesmen awal kognitif
Sebelum pembelajaran, guru dapat melakukan asesmen diagnostik atau pre-test untuk mengetahui tingkat penguasaan materi peserta didik. Hasil asesmen ini membantu guru merancang konten dan kegiatan yang lebih tepat sasaran.
Namun, terdapat satu langkah yang tidak relevan untuk diterapkan pada konteks perencanaan diferensiasi di atas:
Merumuskan diferensiasi asesmen formatif (opsi D).
Diferensiasi asesmen formatif biasanya dilakukan selama atau setelah proses pembelajaran untuk memonitor kemajuan siswa, bukan sebagai langkah awal untuk merancang pembelajaran yang menyesuaikan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, langkah ini bukan prioritas utama dalam merancang pembelajaran berikutnya untuk mengatasi kesenjangan kemampuan.
Kesimpulan
Untuk mengatasi perbedaan kemampuan siswa dalam topik perkalian, guru seperti Ibu Diaz sebaiknya fokus pada:
Diferensiasi konten,
Diferensiasi kegiatan pembelajaran,
Diferensiasi produk atau proyek,
Penerapan asesmen awal kognitif.
Langkah ini membantu guru menyesuaikan materi dan kegiatan sesuai kebutuhan peserta didik, sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal. Sedangkan diferensiasi asesmen formatif tidak termasuk langkah awal yang dibutuhkan dalam perencanaan pembelajaran.