Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu pendekatan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan belajar setiap peserta didik yang memiliki karakteristik, minat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Dalam konteks ini, peran guru sangat penting namun tidak lagi menjadi sumber belajar utama seperti yang sering terjadi dalam pembelajaran tradisional. Sebagai gantinya, guru berperan lebih sebagai fasilitator atau pembimbing yang mendukung dan memfasilitasi proses belajar peserta didik melalui berbagai cara yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Guru sebagai Fasilitator, Bukan Sumber Belajar Utama
Salah satu prinsip utama dari pembelajaran berdiferensiasi adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses berbagai sumber belajar. Dalam pembelajaran ini, guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi atau pengajaran bagi siswa. Sebaliknya, siswa diberikan kebebasan untuk mengakses dan belajar dari berbagai sumber, baik itu buku, internet, video, sumber dari masyarakat, maupun pengalaman nyata. Hal ini mendukung siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan membangun keterampilan mereka dalam mencari dan menyaring informasi secara mandiri.
Contohnya, jika siswa memiliki minat yang berbeda terkait dengan topik yang sedang dibahas di kelas, guru dapat memfasilitasi mereka dengan memberi akses ke berbagai sumber pembelajaran yang relevan, seperti artikel, video, atau bahkan mengajak mereka berdiskusi dengan pakar dari luar kelas. Ini memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan cara mereka yang paling efektif, apakah itu dengan melihat, mendengar, atau bahkan melalui pengalaman langsung.
Meningkatkan Kemandirian Belajar
Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dari berbagai sumber, guru juga membantu siswa untuk mengembangkan kemandirian dalam belajar. Siswa tidak hanya bergantung pada penjelasan guru, tetapi juga menjadi lebih terbiasa untuk mencari pengetahuan dan memecahkan masalah secara mandiri. Hal ini sangat penting dalam membentuk karakter pembelajar sepanjang hayat, yang menjadi salah satu tujuan utama dalam Kurikulum Merdeka.
Selain itu, pembelajaran yang berdiferensiasi memberikan ruang bagi guru untuk mengenali kekuatan dan kelemahan setiap peserta didik, serta mendukung mereka dalam mengembangkan potensi mereka masing-masing. Guru dapat memberikan tugas atau proyek yang memungkinkan siswa belajar dengan cara yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka, sehingga mereka dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh terhadap materi yang diajarkan.
Kolaborasi dan Pembelajaran Kontekstual
Selain menjadi fasilitator, guru dalam pembelajaran berdiferensiasi juga perlu menciptakan peluang bagi siswa untuk belajar melalui kolaborasi. Kolaborasi antar siswa dapat memperkaya proses pembelajaran, karena mereka dapat saling bertukar ide dan belajar dari perspektif yang berbeda. Guru dapat mendesain kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing, baik itu dalam bentuk diskusi, proyek bersama, atau eksperimen yang melibatkan berbagai pendekatan.
Selain itu, guru juga harus bisa menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan pengalaman nyata yang relevan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran yang kontekstual ini tidak hanya membuat materi lebih mudah dipahami, tetapi juga membantu siswa untuk mengaitkan pelajaran dengan dunia nyata, yang membuat pembelajaran terasa lebih bermakna dan berguna.
Kesimpulan
Dengan demikian, dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru bukan lagi sebagai sumber belajar utama, tetapi berfungsi sebagai fasilitator yang mendukung siswa untuk mengakses berbagai sumber belajar dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung kemandirian, kolaborasi, dan pembelajaran kontekstual. Guru membantu siswa untuk belajar sesuai dengan gaya dan minat mereka, serta memberikan pengalaman belajar yang bermakna yang mendorong siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.