Dalam Islam, baik nabi maupun rasul adalah manusia pilihan Allah SWT yang menerima wahyu. Namun, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam tugas dan tanggung jawabnya. Seorang nabi adalah hamba Allah yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri dan tidak wajib menyampaikannya kepada umat. Sementara rasul menerima wahyu disertai perintah untuk menyampaikan risalah tersebut kepada kaumnya.
Secara umum, semua rasul adalah nabi, tetapi tidak semua nabi adalah rasul. Rasul biasanya diutus kepada umat yang belum pernah menerima wahyu sebelumnya, sedangkan nabi diutus untuk melanjutkan ajaran rasul sebelumnya dan biasanya kepada umat yang telah mengenal wahyu. Misalnya, Nabi Harun adalah nabi yang membantu Nabi Musa, tetapi bukan rasul utama karena tidak membawa syariat baru.
Perbedaan lainnya terletak pada beban dakwah. Rasul memiliki tanggung jawab yang lebih berat karena seringkali menghadapi umat yang menentang atau bahkan memusuhi mereka. Mereka membawa syariat baru yang mengubah sistem keyakinan dan tatanan sosial masyarakat. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi rasul lebih besar daripada nabi.
Rasul juga sering kali diberi kitab suci sebagai bagian dari risalah yang mereka bawa. Contohnya Nabi Musa dengan Taurat, Nabi Isa dengan Injil, dan Nabi Muhammad SAW dengan Al-Qur’an. Sementara nabi tidak selalu dibekali kitab suci, mereka lebih bertugas sebagai pelanjut atau penguat ajaran sebelumnya.
Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih menghargai peran penting para nabi dan rasul dalam sejarah peradaban manusia serta memahami konteks kerasulan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir.