Tidak beriman kepada rasul-rasul Allah memiliki dampak besar, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam Islam, keimanan kepada rasul adalah bagian dari rukun iman. Mengingkari rasul berarti mengingkari risalah yang mereka bawa, yang secara otomatis juga berarti mengingkari Allah SWT sebagai pengutusnya.
Dampak di dunia adalah kehidupan yang jauh dari petunjuk dan nilai kebenaran. Tanpa mengikuti ajaran para rasul, manusia akan cenderung mengikuti hawa nafsu, tersesat dalam kebodohan, dan menciptakan sistem hidup yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Ini bisa menyebabkan kerusakan moral, sosial, bahkan bencana kemanusiaan seperti penindasan dan ketidakadilan. Kaum-kaum terdahulu yang menolak rasul, seperti kaum Nabi Nuh, Nabi Luth, dan Nabi Hud, akhirnya dihancurkan oleh azab Allah sebagai bentuk peringatan keras.
Dampak di akhirat jauh lebih berat. Al-Qur’an menyebutkan bahwa orang yang menolak rasul akan dimasukkan ke dalam neraka karena mereka telah menolak kebenaran. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa’ ayat 150–151 bahwa orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya akan mendapatkan azab yang menghinakan. Tanpa keimanan kepada rasul, seseorang tidak akan diterima amalnya, meskipun ia berbuat baik menurut pandangannya sendiri.
Lebih dari itu, orang yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir akan berada di luar syariat Islam. Padahal, hanya Islam satu-satunya agama yang diterima Allah di akhirat. Oleh karena itu, iman kepada rasul adalah fondasi utama keselamatan jiwa di dunia dan akhirat.