Tahlilan adalah tradisi membaca doa dan kalimat dzikir seperti “Lailaha illallah”, yang disarikan dari ayat-ayat Al-Qur’an, dengan tujuan menghadiahkan pahala bacaan tersebut kepada orang yang telah meninggal dunia. Tradisi ini sangat lekat dalam budaya masyarakat Nahdliyin (NU) dan bersumber dari ijtihad ulama.
Referensi dalilnya antara lain:
Fatwa Imam Ahmad yang menganjurkan membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas di kuburan.
Hadis hasan riwayat At-Thabarani tentang membaca awal dan akhir surat Al-Baqarah setelah pemakaman.
Ijma’ sebagian ulama yang membolehkan membaca Surat Yasin untuk orang yang wafat, seperti disebutkan oleh Abu Dawud dari Ma’qil bin Yasar.
Sabda Nabi SAW dalam kitab Lubabul Hadis karya Imam Al-Suyuthi, bahwa membaca dzikir tertentu di kuburan bisa menerangi kubur dan memberikan banyak pahala bagi pembacanya.
Dengan demikian, tahlilan memiliki dasar dari Al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad ulama, dan bukan semata-mata tradisi tanpa pijakan syar’i.