Untuk memperbaiki pengelolaan sampah di sekolah, dibutuhkan solusi yang menyentuh berbagai aspek, mulai dari kebijakan internal, partisipasi warga sekolah, hingga penyediaan sarana dan prasarana. Salah satu solusi utama adalah integrasi program pengelolaan sampah ke dalam kurikulum sekolah. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoretis, tetapi juga langsung terlibat dalam kegiatan praktis seperti memilah, mengolah, dan mendaur ulang sampah.
Solusi kedua adalah pembentukan bank sampah sekolah yang dikelola oleh guru dan siswa. Bank sampah memungkinkan siswa menyetor sampah anorganik seperti plastik dan kertas untuk ditimbang dan dicatat, lalu dijual ke pengepul. Program ini akan menanamkan kesadaran bahwa sampah memiliki nilai ekonomi dan tidak selalu harus dibuang.
Sekolah juga perlu menyediakan tempat sampah terpilah di setiap sudut sekolah agar siswa terbiasa membuang sampah sesuai jenisnya. Hal ini perlu disertai dengan pengawasan dan edukasi berkelanjutan melalui poster, kegiatan ekstrakurikuler, hingga lomba kebersihan kelas. Edukasi secara visual dan praktik sangat efektif dalam membangun kebiasaan baik.
Selain itu, pelibatan orang tua dan masyarakat sekitar sangat penting. Sekolah dapat mengadakan kegiatan seperti “Gerakan Jumat Bersih” atau “Satu Siswa Satu Sampah”, di mana siswa membawa sampah dari rumah untuk dikelola bersama. Kolaborasi ini memperluas dampak pengelolaan sampah hingga ke lingkungan rumah tangga.
Terakhir, sekolah perlu bekerja sama dengan pihak luar seperti Dinas Lingkungan Hidup, LSM, atau komunitas lingkungan. Mereka dapat membantu dalam pelatihan, pendampingan, dan penyediaan sarana pendukung. Dengan solusi yang menyeluruh dan melibatkan semua pihak, pengelolaan sampah di sekolah dapat ditingkatkan secara signifikan.