Cara kerja bank sampah menyerupai sistem perbankan konvensional, namun yang ditabung bukan uang, melainkan sampah yang memiliki nilai ekonomis. Nasabah, baik individu maupun kelompok (seperti siswa), menyetor sampah yang sudah dipilah ke bank sampah. Sampah kemudian ditimbang dan dicatat dalam buku tabungan.
Bank sampah biasanya memiliki daftar harga tetap untuk setiap jenis sampah, misalnya plastik PET, kardus, kertas HVS, atau kaleng aluminium. Nilai dari sampah yang disetorkan dikalkulasi dan dijumlahkan sebagai saldo tabungan. Hasil tabungan ini bisa diuangkan, ditukar dengan hadiah, atau digunakan untuk keperluan komunitas.
Sampah yang diterima kemudian diklasifikasikan, disimpan sementara, lalu dijual ke pengepul atau mitra industri daur ulang. Bank sampah juga memiliki manajemen sederhana yang mencakup pembukuan, pencatatan transaksi, dan pelaporan.
Selain itu, bank sampah juga menjalankan fungsi edukatif dan sosial. Melalui kegiatan ini, masyarakat atau siswa diajak memahami pentingnya memilah dan mengelola sampah. Bank sampah membentuk kebiasaan positif terhadap lingkungan, serta menanamkan nilai tanggung jawab dan disiplin.
Secara umum, bank sampah bekerja untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, sekaligus memberdayakan masyarakat melalui nilai ekonomi dari sampah. Di sekolah, cara kerja ini juga menumbuhkan karakter peduli lingkungan dan kreativitas dalam pengelolaan limbah.