Indonesia terletak di wilayah tropis yang memiliki dua musim utama: musim hujan dan musim kemarau. Kondisi iklim ini memberikan pengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, hingga sistem kepercayaan.
Salah satu dampak utama adalah pada pola bercocok tanam. Iklim tropis yang hangat dan lembap mendukung pertanian sepanjang tahun. Masyarakat di berbagai daerah mengembangkan sistem pertanian yang disesuaikan dengan musim. Misalnya, di musim hujan mereka menanam padi, sementara di musim kemarau mereka menanam palawija. Hal ini membentuk budaya agraris yang kuat dan nilai-nilai gotong royong dalam bertani.
Selain itu, iklim juga mempengaruhi jenis rumah adat yang dibangun. Di daerah dengan curah hujan tinggi, rumah adat biasanya memiliki atap yang curam agar air hujan mudah mengalir. Di daerah panas dan kering, rumah dibuat dengan ventilasi besar dan bahan alami agar udara tetap sejuk. Contohnya adalah rumah panggung di Sumatera dan rumah joglo di Jawa.
Dari sisi pakaian tradisional, masyarakat Indonesia mengenakan pakaian yang ringan dan longgar, sesuai dengan suhu yang panas. Ini terlihat pada kain batik, sarung, dan kebaya yang berbahan tipis namun tetap mencerminkan nilai budaya tinggi.
Iklim tropis juga mempengaruhi pola interaksi sosial. Karena cuaca cenderung hangat sepanjang tahun, masyarakat lebih mudah berkumpul di luar rumah untuk bekerja sama, berdagang, dan mengadakan acara adat, seperti kenduri, upacara panen, dan festival budaya.
Dengan demikian, iklim bukan hanya faktor alam, tapi juga kekuatan pembentuk kebudayaan yang hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia.